Bersyukur Lalu Melangkahlah!

Ujian dan cobaan layaknya pemandangan indah menghiasi perjalanan hidupmu,
Biarkan lepas matamu menatap.
Tetaplah senang hatimu merasa.
Teruslah ringan kakimu melangkah.
Saat perjalananmu saja sudah sedemikian indah
Pastikan tujuanmu lebih indah dan semakin indah juga penuh kebahagiaan.

 

 

Kau tak akan pernah mengemban masa depan yang cerah dan penuh kebahagiaan,
Selama masih kau gendong masa lalu yang suram dan menyakitkan
Sehebat apapun caramu tidak akan pernah bisa perbaiki masalalumu.
Namu hebatkan caramu untuk masa depanmu yang lebih baik.
Belajar dan syukuri masa lalumu.
Ketika anda dipermukaan lautanda hanya saja melihat hamparan saja,
Menyelamlah !
Akan banyak ikan dan terumbu karang nan indah.
Bahagiamu adalah saat kau mendalami fikir dengan hati atas semua yang terjadi
Karena mata hanya melihat bencana namun hati melihat cinta illahi.
 

 

Saat dunia tak indah buatmu, dimana lagi tempat tinggalmu?
Dunia yang luas terasa sempit saat kau himpit hati dengan keluhan.
Dunia terasa kejam saat kau liputi dengan kecemasan.
Dunia apa kata hatimu ditambah fikirmu.
Bahagiakan hatimu saat kau liputi dengan kecemasan.
Dunia apakata hatimu dan indahkan fikirmu.
 
Tak ada jalan yang buntu hanya kau yang belum temukan.
Tuhanmu peta atas tiap masalah dan persoalan.
Tuhanmu cahaya di tengah kebutaan dan kegelapan fikir.
Mintalah petatersebut lewat do’a penuh kejernihan hati,
Berserah dan berharap lalu kau takkan pernah tersesat karena ada cahay keillahian.
 

 

Waktu tak pernah mengajakmu mundur,
Hanya fikirmu yang menggandengnya menenmui kemarin,
Saat kemarin menyenangkan jadikanlah kenangan yang membahagiakan.
Saat kemarin menyakitkan jadikan pelajaran yang tetap membahagiakan.
Selalu akan datang waktu saat yang indah atau setiap waktu dan saat yang datang selalu membahagiakan. Selalu akan datang waktu dansaat yang indah atau setiap waktu dan saat yang datang selalu indah.

Perumpamaan Dunia  

“Dunia ini ibarat bayangan: kejar dia dan engkau tak akan pernah bisa menangkapnya; balikkan badanmu darinya dan dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu.” – Ibnu al-Qayyim

Perumpamaan dunia adalah lautan yang dalam. Setiap orang yang menyelam akan tenggelam bila tidak melihat pantainya dan tidak tahu sampai kapan harus berenang? Dia berenang terus hingga kelelahan dan mati. Terkadang juga dia diterjang ombak dan tenggelam di dalamya. Orang yang cerdas adalah orang yang menjauhi lautan seperti itu unutk menyelamatkan diri dari segala macam bahaya, dengan berdiam diri di pelabuhan atau pantai. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang meninggalakn pantai dan mengarungi lautan. Pada akhirnya dia akan mati. Baca lebih lanjut

Udah gak perawan ngaku gak??? #Oldposting

Fenomena Perawan Abad Ini

it's nothing, only note what I think, think what I note

Ini adalah kisah nyata:

Seorang temen saya  ”MALE” marah besar pada isterinya, ia dapati SMS2 dari mantan teman SMA-nya alias mantan pacarnya, luar biasa isinya.  Isinya sedikit mesum, dan banyak membeberkan nostalgia waktu pacaran semasa SMA.  Dari SMS itulah, ketahuan bahwa pacaran yang mereka lakukan melampaui batas “hubungan badan pernah terjadi”…..

Sontak saja, MALE  ingat, pada saat malam pertama.  Ia merasakan hal aneh dari pasangannya [Saya juga agak bingung sih, kenapa si cowok bisa merasakan pasangannya sudah tidak perawan ya?  mungkin ‘body language gak bisa bohong saat malam pertama ya?],  malam pertama mereka katanya diakhiri dengan sumpah-sumpahan,  isterinya bersumpah bahwa dirinya masih perawan.  Si suami pun percaya, dan lebih percaya…manakala ia melihat si isterinya sangat mengabdi, mengorbankan pekerjaan demi mengasuh anak-anaknya.  Semuanya berjalan cukup baik, sampai 17 tahun pernikahan mereka….

Dan malapetaka itu terungkap, after isterinya menghadiri reuni SMA, sejak itu mantan pacarnya itu rajin SMS-an.  Mungkin “just…

Lihat pos aslinya 571 kata lagi

Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia

Salam sobat blogger

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur. Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu : “Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh. Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan.

Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh. Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya” . Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?”

Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh. Baca lebih lanjut